this is me- this is my rules- you cant changes my life but you can come into my world :)

Rabu, 18 Maret 2015

Resah

“Terkadang kita dapat sedekat nadi namun bisa juga menjadi sejauh asa”

Bila sedang baik – baik saja, merasa tak ada hambatan yang berarti. Tapi sekalinya tersandung, semua masalah seakan dipaparkan menjadi begitu jelas. Bila sedang baik – baik saja, keyakinan penuh selalu mengiringi. Tapi sekalinya tersenggol, keraguan menyerang… menghapus tawa dengan derai air mata.

Kesalahan beranjak dewasa ditemani dongeng klasik. Percaya dengan keajaiban cinta, kekuatan atas ketulusan hati. Di kehidupan nyata, semua itu hanya semu….. semua serba abu – abu. Sejenak terdiam, mungkin happy ending itu hanya milik fairy-tale bukan untuk manusia nyata.
Ku jatuh cinta lagi. Cinta yang tidak dipaksakan. Cinta yang tidak direncanakan. Cinta yang terlalu tiba – tiba menyapa dan membutuhkan respon secepat kilat. Aku termangu. Iya-tidak-iya-tidak. Sebab sakit itu masih terasa. Sakit itu masih membekas. Aku takut membuat kesetiaan lagi, berkomitmen pada seseorang.

Menerawang dalam pandangannya, memikirkan ucap demi ucap yang keluar dari bibirnya. Itu pilihan yang sulit. Untuk menerima orang yang sangat baru untuk menaruh harapan baru yang melambung. Aku pandangi dirinya, aku pejamkan mata sejenak. Adakah dia lelaki yang akan bersamaku di masa depan?

Hatiku bergemuruh seakan didera badai. Entah ini badai asmara atau alarm pengingat bahwa cinta terlalu dini bagiku. Dalam satu helaan nafas setelah beribu pikiran, aku menerimanya. Aku menerima dia sebagai lelakiku… yang ku harap terakhir.

Kini aku telah melewati angka 16 untuk yang ke 16 kalinya. Manis asam percintaan sedikit banyak ku lalui bersamanya. Sampai nafas berhembus saat ini, dialah lelaki terbaikku. Dia menjadi sumber bahagiaku, juga dapat menjadi bumerang bagiku. Takutku kian menjadi, menghantui tiap langkah perjalanan kita. Dia mempunyai apa yang banyak wanita dambakan, aku gusar. Dia dapat meninggalkanku kapan saja, dapat memilih wanita mana saja yang diinginkan. Sedangkan aku, memeluk kakinya untuk berkata tetaplah denganku..

Dalam tidur lelapnya, sering ku mengecupnya, mengusap begitu sempurna raga dirinya dan mendekap tubuhnya yang selalu menopang kegelisahanku. Karena aku tidak tahu, sampai mana takdir berkehendak. Dan berharap pada sang Pencipta, untuk menggariskan dia kepadaku… Amin.